Beberapa hari yang lalu, salah seorang teman SMP, Yanuar Rizki Pamungkas menuliskan sesuatu di dinding grup Borju Class. "Teman2 smua saya minta pamit & minta doany smga saya lancar dalam pendi2kan..Trima ksih," Yanu, begitu dulu ia di panggil saat SMP, diterima menjadi polisi dan akan menjalani pendidikannya di Sukabumi. Sebuah kabar yang mengembirakan sekaligus menggemparkan. Bagaimana tidak, seorang Yanu yang saat SMP dulu sering menjadi korban perjodohan di antara teman-teman, meraih apa yang diimpikannya selama ini. Seingatku, cewek yang pernah menjadi korban perjodohan dengan Yanu adalah Vita, Maya, TM, Nduzz Desy. Mungkin itu hanya sekedar guyonan anak SMP, tapi taukah kalian, aku pernah mendengar langsung dari mulut seseorang yang mengaku menyukai Yanu. Benar-benar shock aku saat itu. Pengakuan ini ku dengar saat aku mencoba mendekati salah teman cewek penghuni Borju Class, dan kuajukan sebuah pertanyaan: "siapa orang yang kamu sukai di kelas kita?" Dia menjawab :"YANU" Oh God, kupikir aku salah dengar saat itu, tapi ternyata tidak. Dipikir-pikir, apa sih yang spesial dari Yanu hingga begitu banyak cewek bertekuk lutut padanya. Apa karna gelar "BOBY" yang disandangnya selama 3 tahun itu ???
"Selamat berjuang kawan, semoga menjadi polisi yang mabrur.."
Teman yang dekat denganku saat kelas 1 SMP dulu salah satunya adalah Indah. Ketika itu ia sangat cupu dan lugu. Kemana-mana sendirian, hingga akhirnya aku memutuskan untuk menemani dia saat duduk di kelas, saat istirahat dan lain-lain karna 1 alasan yang berarti "Mesakke cah" hahaha... Selama berteman dengannya, ada satu hal yang kuingat, betapa dia mengagumi sang ketua Osis waktu itu, Dimas. Dan cerita paling konyol yang pernah aku dengar darinya adalah cerita tentang tukang sate Madura yang mengaku-aku tetangga Dimas. Si tukang sate yang sok tau itu selalu bercerita tentang si Dimas, entah tingkah lakunya, kesehariannya atau apalah. Dan yang lebih konyol lagi, Indah mempercayai itu semua. Alhasil setiap sore Indah harus membeli satenya untuk sekedar mendengarkan kicauan sang tukang sate. Indah sering menitipkan salam lewat tukang sate itu, dan ketika mendapatkan salam balik dari Dimas -yang tentu saja melalui sang tukang sate- paginya ia akan bercerita panjang kali lebar sama dengan luas kepadaku. Lama-kelamaan banyak hal ganjil muncul, omongan si tukang sate mulai gak bener alias mencla-mencle hingga akhirnya diketahui bahwa si tukang sate selama ini berbohong. Si tukang sate sebenarnya tidak mengenal bahkan tidak tau seperti apa wujud si Dimas. Indah mencak-mencak. Dari kejadian itu aku menyimpulkan mungkin ini adalah salah satu strategi penjualan sang tukang sate agar satenya laku. Dengan menipu dan membual tentang Dimas setiap sore, maka Indah akan senantiasa membeli satenya. Dapat disimpulkan juga bahwa seseorang yang sedang jatuh cinta dapat dengan mudah ditipu, bahkan oleh tukang sate sekalipun.
"Kalo di pikir, apa iya tukang sate keliling yang berjualan di Tempel rumahnya ada di Plaosan???? Apa gak gempor tuh kaki tiap hari jalan sejauh itu????"
Kakung, seorang teman SMP yang meskipun cowok dia terkenal pintar, rapi, dan rajin termasuk rajin membawa payung ke sekolah. Panggilan akrabnya mbah Kakung, dulu dia terkenal orang yang 'kelebihan keringat'. Hanya dengan duduk dan mengerjakan tugas, keringat sebesar biji jagung akan menghiasi wajahnya, itu mungkin menjadi ciri khasnya atau mungkin daya tariknya hingga ia banyak dikagumi oleh para wanita. Wanita-wanita itu yang ku tau mengagumi Kakung adalah Ega dan Widya, entah jika ada lagi yang lain. Tapi, Kakung malah menaruh hati pada seorang gadis bernama Restu. Beberapa waktu yang lalu, saat acara reuni SMP entah bermaksud mempublikasikan hubungan mereka atau sekedar mengenang masa-masa di SMP dulu, Kakung dan Restu berboncengan menuju tempat reuni. Ku pikir dulu mereka memang jadian, tapi setelah ku tanyakan pada Restu ternyata kisah hari itu memiliki sejarah dan akhir cerita yang lucu. Kakung saat itu mengajak Restu dengan alasan 'nggo gayeng-gayeng' dan Restu mengiyakan ajakan tersebut. Saat pulang pun Restu diantar sampai rumah dan sempat mampir sebentar di rumahnya. Namun apa yang terjadi setelah Kakung pulang adalah Restu ditanya oleh orangtuanya "motore raiso dinggo po piye?" dengan nada yang menyindir tentunya...
Juta. Ingatkah kalian pada teman kita yang satu ini, meski kini tak diketahui dimana rimbanya. Cewek berbadan gembul ini adalah pengagum berat Dias sejak kelas 1. Dan ingatkah kalian saat dia menjadi selebriti paling dicari. Beberapa hari dia tidak masuk sekolah, hingga suatu hari ditemukan oleh guru BK,bu Sisil berada di wartel medari berseragam lengkap dengan tas dan sepatu. Saat digiring masuk ke kelas, dia bukannya malu atau tersipu tapi malah tertawa-tawa kecil seolah tak pernah berbuat dosa.
Rina. Teman SMP, SMA, dan kuliah di UNY meski tidak satu fakultas. Dia dulu adalah seorang cewek tomboy, cuek, jutek, galak. Satu hal yang membuatku tertawa jika mengingat kejadian saat duduk di kelas 2e. Keterlambatan menuju lapangan membuat bu Marni (be***) menjadi marah. Sambil mengunyah bakwan beliau marah-marah di depan barisan 'Cah E ki ncen angel kandanane (sambil mengigit bakwan)'. Sementara itu di barisan belakang terjadi pertengkaran kecil antara Rina dengan entah siapa aku lupa. Rina mengatai orang itu dengan kata-kata yang tidak kasar. Dan bu be*** yang masih terbakar emosi kemarahan, masih juga dengan bakwannya langsung menegur "Heh, kowe ki cah wedok omongane elek banget..."
Berbicara tentang guru, ingatkah kalian pada pak Muhadi, guru Geografi yang selalu mengucapkan kata 'anak-anak' berkali-kali di saat pelajarannya. Beliau yang pagi-pagi selalu menyiram tanaman di sekolah menggunakan seragam khasnya, kaos oblong dan celana pendeknya.
Bu Jimah yang selalu menunjuk kata 'yo pojok'. Satu kekesalan ku pada bu Jimah terjadi saat kelas 2 dulu. Ketika itu aku duduk di pojok, seperti biasanya bu Jimah melontarkan sebuah pertanyaan sambil berkata 'yo pojok' dengan menunjukku untuk menjawabnya. Baru saja membuka mulut dan siap berkata-kata, tiba-tiba 'yo jejere' bu Jimah menunjuk teman yang duduk di sampingku. Kejadian itu membuatku malas untuk menjawab lagi pertanyaan-pertanyaan dari bu Jimah.
Ingatkah pada guru sejarah kita saat kelas 3 dulu. Ingatkah pada kejadian di lapangan basket saat kita olahraga dan meneriaki ketika beliau lewat sehingga beliau berhenti dan menatap kita dengan tatapan penuh kemarahan. Sering beliau marah-marah di kelas, dan suatu kali aku pun menjadi korbannya. Saat itu pelajaran seperti biasanya dengan berbekal fotokopi buram catatan dari beliau yang entah apa tulisan di dalamnya (aku tak bisa membacanya), tiba-tiba aku ditunjuk untuk maju dan menjelaskan kronologi sebuah perang. Aku yang saat itu membenci pelajaran sejarah, tak bisa berkata-kata karna tidak sedikitpun aku tau tentang perang itu. Alhasil beliau memarahiku "Kok meneng wae... pikiran e ki nandi to?? diterangke ra tau ngrungoke.. pikiran e mlaku-mlaku tekan malioboro po?" Kejadian hari itu membuatku semakin membenci pelajaran sejarah, bahkan sampai hari ini.
Ingatkah pada pak Paidjan yang selalu menggambar organ sistem pencernaan saat kelas 2 dulu, yang selalu menutup pelajaran dengan 'lambaian' tangannya yang khas?? Pada bu Martin yang mengajar memakai kaca mata hitam saat beliau sedang 'beleken'. Pada pak Sakat yang ketika akan memulai pelajaran, tapi kita masih enak-enakan makan soto Juwahir. Pada pak Jujuk yang berulang kali menceritakan kisah pertemuannya dengan sang istri di rumah sakit.
Ternyata masa-masa itu begitu indah saat dikenang ...........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar