
Di
suatu sore yang cerah, aku, Hasan dan Rani pergi ke mirota kampus untuk membeli
kado. Yah, seorang sahabat kami, Anita Rohmah atau biasa dipanggil ‘Mak e’ akan
berulang beberapa hari lagi. Di pintu masuk utama Mirota Kampus, sekilas ku
lihat satpam berbicara dengan seseorang. Kuacuhkan saja, kupikir itu adalah hal
biasa, aku pun kemudian mengajak Hasan dan Rani naik eskalator. Namun, karena
nada bicara satpam yang keras memaksaku untuk menengok ke belakang, melihat apa
yang terjadi. Sebuah pemandangan yang membuatku tercengang, seorang bapak tua
yang penglihatannya tidak normal, membawa tongkat lipat di tangan kirinya, dan
kumpulan kemoceng yang diikatkan di tas bututnya. Pemandangan yang membuat iba
siapa saja yang melihatnya. Di sini hatiku mulai gusar dengan pemandangan yang
ada di depan mataku sore itu.