Jumat, 13 Januari 2012

airmata di tengah sidang

Hari ini menjadi hari berangkat jam 8.15 dari rumah menuju Melia buat ngambil konsumsi sidang Siti. Bukan UNY tujuannya, tapi Poltekes Yogya. Perjalanan yang singkat berakhir sudah. Tapi, pas nyampai di Poltekes, ternyata siti lagi ikut sidang temennya dan gak bisa keluar. Alhasil nungguin seorang diri kaya anak ilang di parkiran, selama setengah jam lebih, aduwh.

Finally, tiba juga saatnya Siti untuk di sidang (baca: dibantai) oleh para dosen. Awalnya takut juga menyusup di ruang sidang itu, secara anak-anak yang lain dikenali sama dosen, sementara aku, terdampar di pojokkan,, asing sekali. Pas presentasi, kaya presentasi biasa di depan kelas, gak ada yang beda dengan kuliah di UNY. Hingga akhirnya tibalah sesi tanya jawab, dan  pertanyaan pertama yang diajukan berasal dari audiens (teman) yang hadir.


A: "Saya mau tanya mengapa anda melakukan penelitian di PKU Muhammmadiyah?"
S: "Iya langsung saya jawab saja.... Alasan saya melakukan penelitian di sana karena... (mulai terisak).. karena dulu saya pikir sekalian... (mulai nangis...) nganterin ayah saya cuci darah...(nangis, kemudian hening)

Kejadian yang gak di sangka-sangka, di saat sidang proposal yang notebene jadi satu peristiwa penting bagi seorang mahasiswa, harus di nodai dengan airmata (halah). Apalagi berkaitan dengan seseorang yang telah tiada.

Jadi keinget semalem, pas lagi pusing-pusingnya, badan lemes, kepala cenut-cenut, tiba-tiba jadi melow n galau. "Kalo sakit gini baru kerasa, gak ada yang ngerawat, gak ada yang ngobatin, seandainya beliau masih ada :'("

Terkadang kita memang sensitif dengan hal-hal seperti ini. Bayangan mereka selalu ada, tak bisa terhapuskan.

Hingga akhirnya obrolan dengan Siti terjadi saat makan siang tadi.

S: "pikiranku buntu. Dari semalam gak bisa tidur"
N: "Kenapa gak sms aku? Semalem aku tidur jam 1"
S: "Pikiranku dari semalem gak karuan. Keinget tentang flash disk itu. keinget ayah. Ditambah ni tadi. Harus ganti penelitian. Yang laen dapat nilai A, aku satu-satunya dapet B, itu aja hanya hanya selisih 0,5."
N: "Lah kamu mikirin apa to?? Gara-gara dia lagi?"
S: "Rasanya aku pengen mati"
N: "Heh, edan, ngomong opo sih koe!"
S: " Berat banget rasanya"
N: "Heh, tok pikir aku ora?? Aku sering ngalamin kaya gini, tapi lama-kelamaan aku cuma ngambil hikmahnya aja kok. Kita mungkin berbeda dengan orang lain. Mereka bisa fokus mikirin kuliah, sementara kita harus mikir kuliah, mikir rumah, dll. Tapi percayalah, besok hasilnya juga akan beda. Mental kita udah ditempa sejak dulu, kita akan terbiasa. toh besok kalo kita udah hidup sendiri kita juga akan berhadapan dengan hal-hal kaya gini, harus ngambil keputusan, menanggung resikonya. Makanya, sekarang ini bersyukur, kita uda diberi kesempatan untuk belajar menjadi dewasa. Belajar memecahkan masalah sendiri"
S: " Yah, ni aku coba buat trima-trimain. Tak ikhlas-ikhlasin"
N: "Ya emang harus kaya gitu. Kita gak harus melarikan diri dari masalah. Kita cuma butuh keberanian buat menghadapi dan tegas dengan semuanya"

Eniwei, gak tau ending dari postingan ini. Yang pasti belajar dari kehidupan itu sesuatu banget, iya sesuatu, kata si abang sih solsepatu alhamdulillah mhuehehehe...

Sekian postingan geje sore ini. Terimakasih buat Siti atas inspirasi dan pinjeman laptopnya hehe.
Sekali lagi, kita belajar untuk dewasa sist, don't be sad.
Kita belajar bareng-bareng buat naklukin semuanya.

4 komentar: